Friday, May 30, 2008

Kamarku Mati Lampu: Mahasiswa, Uang dan Politik Kampung (Bagian 4)

Ketika aku masih duduk di bangku SMU, aku membayangkan bahwa menjadi mahasiswa pasti menyenangkan sekali. Wow, berangkat kuliah tidak memakai seragam! Sebuah pemikiran yang wajar bagi anak muda yang sudah dua belas tahun menjalani hari senin sampai sabtu dengan seragam melekat di badannya. Namun bukan itu saja, ternyata dunia kampus menawarkan sesuatu yang lebih menarik: kebebasan!

Ketika aku masih SMU, tidak masuk kelas adalah sebuah aib. Namun bagi sebagian mahasiswa, tidaklah afdhol jika seorang mahasiswa belum pernah bolos, titip absen ataupun membuat surat sakit. Kita bebas memakai pakaian apapun yang kita mau untuk mengekspresikan diri kita. Kita bebas menghabiskan waktu kita untuk kegiatan apapun. Apakah dosen peduli? Tidak! Tahu-tahu IP merosot tajam. Sebagai mahasiswa, kita sendirilah yang menentukan kegiatan kita, tanpa aturan yang kaku seperti di SMU. You chooses your own destiny! Termasuk dalam hal waktu. Dan beginilah cara kami orang-orang kampung menghabiskan waktu.

Sebenarnya aku malu menceritakan keadaan kami. Andi, entah setan apa yang merasuki otaknya. Setiap kali ada kaum hawa dengan penampilan di atas rata-rata, matanya seperti jarum kompas yang tak pernah lepas dari medan magnet. Segala jurus rayuan gombal kelas kampung dikerahkannya, tak peduli apa kata orang. Barangkali itu memang pembawaan sejak lahir.

Sementara Azhar, belakangan ini dia menggemari friendster. Aku jadi curiga, hoby barunya ini akibat gadis pujaannya aktif di situs jejaring sosial itu. Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan hoby barunya ini, tapi yang membuatku jengkel adalah dia selalu menyebut FS (friendster) dengan VS! Mungkin dia tidak sadar jika ucapannya bisa membuat jatuh harga dirinya dan orang-orang yang duduk di sebelahnya.

Siang itu kami bertiga akan mengakses internet di gazebo fakultas kami. Entah mengapa semua orang menyebutnya gazebo, pemahamanku gazebo adalah sebuah dimensi ruang berupa shelter sederhana yang dilengkapi dengan konstruksi atap di atasnya. Mungkin tempat ini disebut gazebo karena teduh dan nyaman, sebab sinar matahari terhalang oleh rimbunnya pepohonan. Maka tempat ini pun ramai dikunjungi mahasiswa fakultas kami, salah satu fakultas yang dipenuhi oleh muda-mudi keren, gaul dan modis. Dan di tempat inilah nantinya aku akan mengalami salah satu pengalaman paling memalukan sepanjang hidup.

Azhar sedang ada keperluan, nanti menyusul katanya. Maka aku dan Andy mencari tempat yang nyaman untuk menjalani ritual kami. Namun tiba-tiba Andy menyusul Azhar dan dia memintaku untuk menghidupkan laptop terlebih dahulu. Maka tinggallah aku sendiri, membuka tas laptop keramat milik azhar. Ketika tas itu terbuka, aku mendapati bahwa laptop itu terbungkus tas kresek merah. Aku bingung, untuk apa laptop itu dibungus tas kresek merah. Aku mencoba mengeluarkan laptop tanpa tas kreseknya, tapi susahnya bukan main. Tampaknya pengemasan laptop ini didesain sedemikian rupa oleh Azhar sehingga penggunanya diharuskan melalui dua tahap, yaitu mengeluarkan laptop yang dibungkus kresek dari dalam tas, kemudian barulah tas kresek itu bisa dibuka. Membuka barang keramat itu di tempat seperti ini sama saja cari mati. Aku hanya bisa mengumpat dalam hati.

Akupun mengeluarkan laptop itu dengan hati-hati dan berharap tidak ada yang memperhatikanku. Namun karena tergesa-gesa, timbullah bunyi berisik tas kresek itu. Dan hasilnya... Terdengarlah suara cekikikan gadis-gadis muda yang duduk tidak jauh dariku. Aah, aku malu setengah mati. Harga diriku... Pertahanan diri terakhirku sebagai laki-laki langsung runtuh seketika. Rasa-rasanya ingin melompat ke dalam selokan di belakangku dan baru keluar pada malam hari saat kampus sudah sepi. Sialan, rupanya Andy sudah mengetahui kebiasaan Azhar membungkus laptop dengan tas kresek, dan dia memilih untuk menyelamatkan muka.

Aku jadi membayangkan, semakin malulah kami jika Azhar yang memimpin ritual friendsteran ini. Mungkin akan begini kejadiannya. Di depan orang yang lalu-lalang, dengan penuh percaya diri dia membuka tas laptopnya, mengeluarkan laptop kesayangan yang dibungkus tas kresek merah, maka keluarlah bunyi khas yang menarik perhatian semua orang: ”krusek, krusek, krusek...”

Kemudian dengan gaya berapi-api seperti bung Tomo yang mengajak berjuang dan mengobarkan semangat para pemuda, dia pun berteriak lantang: ”Ve-es-an yoooh...!!!”

No comments: