Sunday, January 28, 2007

Membaca Wajahmu

ingatlah semua
hati yang meragu
dan jalan berliku
yang telah dilewati

sebab mulai hari ini
takkan lagi kautemui
aku lelaki merayu-rayu
serta puisi mendayu-dayu

Fifi Martini, wajahmu terbaca
serupa rangkaian kata-kata:
cinta tak buat kita bersama
rindu tak buat kita bersatu
meski saling menyayangi
namun tak bisa memiliki

ingatlah hari ini
saat aku pergi
dalam gontai,
gumam lambat:
aku tak tahan lagi
(dengan suara berat)
sebab cintaku tak tulus
hasrat memiliki di setiap nafas yang berhembus

dan pikirku kembali ke masa lalu...
entah sudah berapa putaran bumi
gadis seperti dirimu kucari-cari
di antara gang-gang kehidupan
yang susah-payah kutelusuri

Fifi Martini, wajahmu terbaca
serupa rangkaian kata-kata:
inilah yang terbaik buat kita

dan hati kecilku,
ia mengucap pasti:
kau takkan terganti

Surabaya, januari 2007

Riuh

riuh
hujan menderas dengan beringas
petir pun bergemuruh
seperti genderang perang yang sedang ditabuh

tubuhku basah
oleh air hujan yang jatuh
dan aku pasrah
dihujam air bagai langit runtuh

ah...

pipiku basah
oleh air mata yang jatuh
dan aku mendesah
dihujam derita yang sulit sembuh

riuh
hujan menderas makin beringas
petir terlalu gaduh
aku menjerit keras; mengaduh

pasuruan-surabaya, januari 2007

Friday, January 05, 2007

Sahid Kusuma Wijaya

Sahid Kusuma Wijaya. Jangan tanya artinya kepadaku, karena aku juga tak tahu. Itu adalah nama pemberian bapak dan ibuku. Lebih tepatnya nama pemberian bapakku, soalnya ada kesepakatan antara bapak dan ibuku: kalau anak yang lahir adalah laki-laki, maka yang memberi nama adalah bapakku. Sebaliknya jika yang lahir adalah perempuan, yang memberi nama adalah ibuku. Dan ibuku harus gigit jari, soalnya ketiga anaknya adalah laki-laki!:D

Wednesday, January 03, 2007

Bunga Terindah

buat Manis

tetes air di hening malam
jatuh dari kran yang tak bisa menutup rapat
bunyinya menggema sampai lubuk hati
hibur aku yang terjaga hingga pagi

ada gelisah menggeliat di dalam
sebentar muncul sebentar tenggelam
sama saja tak mampu kutahan
seperti kran yang tak bisa menutup rapat

Manis,
betapa susah kucari pujaan hati
jelmaan idaman bapak ibuku
hingga kutemukan dirimu

bunga-bunga bermekaran, berhamparan
tak ada bunga yang lebih indah di mataku
selain dirimu

bukan saja ayu wajahmu
bukan saja manis senyummu
bukan saja lentik bulu matamu
namun juga sayangku padamu

bukan saja lembut suaramu
bukan saja santun lakumu
bukan saja malu dan hijabmu
engkau cintaku, cintaku!

Manis,
tak terbayang dalam benakku
apa yang kan terjadi esok hari
jika engkau berpaling dariku…

pada siapa lagi kugantungkan asa
hanya engkau gadis yang kucinta

dalam pekat kabut pagi
kuberanikan diri
telusuri jalan yang tak pasti
melangkah gagah menuju restu

sebab engkau patut diperjuangkan.

Surabaya, 31 desember 2006