Friday, November 28, 2008

Dimarahin sama Manajer CSR PT Semen Gresik tbk.

Tadi pagi ketika sedang belajar tentang CRM (customer relationship management), aku iseng-iseng mengirimkan sms kepada manajer CSR dari PT Semen Gresik tbk. Aku mendapatkan nomor ponselnya saat beliau menjadi pembicara seminar di kampusku beberapa hari yang lalu.

Kira-kira beginilah bunyi smsku: "Selamat pagi, Bapak Manajer. Saya Sahid, peserta seminar di Unibraw tempo hari dimana Bapak menjadi salah satu pembicara. Saya menyambut baik dan tertarik dengan program CRM perusahaan Bapak, bla bla bla..." Intinya aku ingin mengetahui prosedur pengajuan bantuan modal bagi pengusaha, yang menjadi salah satu kegiatan CSR PT Semen Gresik tbk.

Lama aku menunggu balasan dari beliau. Aku berpikir positif saja, mungkin beliau sibuk sekali dengan kegiatannya sebagai Manajer CSR perusahaan semen terbesar di Indonesia. Hingga kemudian ketika aku makan malam, datanglah balasan sms dari beliau. Dan apa isinya?

"Bukan CRM tapi CSR atau corporate social responsibility. Apa belum terima kuliah tentang CSR?! Bla bla bla..."

Ah, rupanya saat aku sedang belajar tentang CRM tadi pagi, aku sedikit ngelantur dan salah menuliskan CSR dengan CRM! Duh, memalukan nama Universitas Brawijaya saja, hehe...

Makan malam bareng cewek imut ternyata rasanya berbeda!

Apa bedanya makan bareng cewek imut dengan cewek biasa? Percayalah kawan, ternyata sungguh berbeda! Mungkin kamu sering pergi makan ramai-ramai atau berdua dengan temanmu, tapi coba perhatikan bedanya pergi makan bareng cewek imut. There is something special, bukan?

Beberapa malam yang lalu aku pergi makan malam dengan gadis seperti itu. Gadis yang manis, imut, lucu, dan modis. Jika kamu sedang jomblo, cobalah sekali-kali pergi berdua dengan gadis seperti itu, kawan. It's lift ur heart, dan bikin iri cowok-cowok yang melihat kalian berdua, seperti yang terjadi padaku tempo hari. Kami duduk di tengah-tengah, dan semua mata disana, paling tidak, melirik kami sesekali. Seperti halnya ketika kamu melihat cewek cantik jalan bareng cowok di suatu tempat, kadang sirik bukan? hehe..

Ok lanjut. Lalu saat kalian duduk berhadapan, kamu akan terpesona dengan cewek imut di depanmu itu, kawan. wajahnya yang manis, imut, serta tingkahnya yang lucu, dan senyumnya yang, jika kamu masih normal, akan terbawa sampai tidur! Jari lentik dan kuku indahnya menunjukkan bahwa cewek imut jauh dari urusan cuci mencuci, haha..

Dan ketika kamu mulai makan, semuanya terasa lezat. Tak peduli apapun yang kau makan, bahkan jika kau sedang maag sekalipun! Lalu perhatikan saat ia makan. Tonjolan di pipinya saat mengunyah bakso, terlihat seperti bola matahari pagi yang cahayanya lembut saat sunrise menjelang. Lalu bibirnya yang basah, akan tampak seperti gelas kristal mahal yang berkilauan, membuatmu harus memperlakukan ia dengan sangat lembut dan hati-hati. Aih...

Puasa yang nggak berkah!

Puasa, puasa..... Tapi kok banyak banget godaannya? Tadi pagi udah laper. Sampe siang sibuk kerja kelompok di kampus. Pusing... Kepala pening akibat tugas yang minta ampun susahnya! Mata ini dipaksa menikmati wajah-wajah cantik mahasiswi ekonomi. Aduh, Basement gedung E memang penuh godaan, huff.... Dan yang paling parah, dipampangin belahan dada dari jarak setengah meter! Astaghfirullah.. Aku langsung menutup mata memarahi temanku itu. Dan dia hanya tertawa cengengesan.

Aaaahhh, rusak, rusak.... Puasa hari ini rusak!

Cinta itu tak masuk akal!

Satu lagi bukti bahwa cinta itu tak masuk akal. Ada seorang kawan mahasiswa. Hobinya adalah bolos kuliah. Sering sekali dia bolos, entah itu titip absen, membuat surat, bahkan benar-benar bolos tanpa alasan yang jelas. Tapi lucunya, dia tak pernah absen mengantarkan pacarnya pergi kuliah. Bahkan menungguinya sampai kuliah selesai! Di kampus dan gedung yang sama pula! Aduh...

Tuesday, November 25, 2008

Terpesona

Seorang mahasiswa memasuki kelas. Sebagian pakaiannya basah akibat kehujanan. Di luar memang hujan deras, namun ia memaksakan diri menerobos hujan deras demi sampai di kampus. Meski sudah terlambat selama setengah jam, lelaki itu tetap saja memasuki kelas. Tak dipedulikannya dosen yang sedang sibuk memandu diskusi kelas. Ia langsung saja mencari kursi yang kosong dan duduk dengan santainya.

Lelaki itu tampak kuyu dan berantakan. Terlihat benar bahwa ia tidak bersemangat untuk pergi kuliah hari ini. Ia tidak membawa tas dan buku-buku. Kehadirannya hanya untuk mengangkat tangan saat kuliah ini berakhir nanti, agar lembar presensinya terisi. Sebuah lembar formalitas yang memaksa mahasiswa untuk hadir di kelas, agar kelak mereka berhasil mendapatkan satu lagi lembar formalitas yang bernama ijazah.

Diskusi berjalan dengan menarik di kelas itu. Penyaji dan peserta tampak bersemangat. Mereka kaum intelek yang sedang membicarakan retail distribution, service quality, store brand, dan sebagainya, yang akan membuat tukang becak dan penjual nasi goreng terbengong-bengong jika mendengarnya. Tapi diskusi itu tidak menarik perhatian lelaki yang terlambat tadi. Wajahnya muram, seperti cahaya lampu temaram di tengah hutan. Ia berada di dunianya sendiri, seolah ia adalah point of interest dalam slow motion, sementara dunia di sekelilingnya bergerak dengan cepat tanpa dihiraukannya. Pikirannya berlari keluar kelas lalu terbang menemui seorang gadis yang baru saja dikenalnya. Ya, ia sedang jatuh cinta. Perasaan itu baru saja didapatnya ketika ia mengajak makan malam seorang gadis dan menyadari bahwa gadis itu begitu istimewa.

Cinta memang tidak masuk akal. Lelaki yang sedang muram itu, malam-malamnya dipenuhi oleh kegelisahan tak berdasar. Matanya sulit terpejam saat ia hendak tidur. Ia akan tercenung memandangi ponselnya, berharap ada pesan yang masuk. Ketika pesan itu masuk, ia kegirangan dan tak sabar membukanya. Lalu ia menggerutu karena pesan itu bukan datang dari gadis yang diharapkannya. Sementara di malam yang lain, tangannya sibuk memainkan pena, menuliskan coretan kerinduan di atas sebidang kertas.

Diskusi di kelas itu masih berjalan dengan menarik. Akan tetapi lelaki itu masih saja sibuk dengan pikirannya sendiri. Hanya saja, ia sesekali melirik pena dan kertas yang tergeletak diam di kursi sebelahnya. Nampaknya tangannya gatal ingin menuliskan sesuatu. Maka diambilnya pena dan kertas itu tanpa permisi. Tidak dipedulikannya sang pemilik yang kaget terbengong-bengong melihat barang-barangnya diambil. Lelaki itu hanya diam membisu, mengingat-ingat kembali sebuah puisi yang dibuatnya semalam tadi, saat kegelisahan menderanya tak henti-henti. Lalu dituliskannya kembali puisi itu…

Katakan, bagaimana aku tidak terpesona?
Waktu seolah berhenti saat senyummu mengembang
Jantungku berdegup kencang saat kita bertemu pandang
Dan sipit mata saat engkau tertawa, sungguh tak bisa kulupa

Katakan, bagaimana aku tidak terpesona?
Bayangan dirimu menggoda tidurku dan tak bisa hilang…