Tuesday, February 05, 2008

IP hebat atau lulus cepat? Atau dua-duanya?

Motorku langsung melaju dengan kencang sesaat setelah lampu hijau itu menyala. Aku melihat kaca spion sebelah kanan, dan tak ada satupun kendaraan yang bisa mendekati aku. Aku jauh di depan mereka. Sesaat aku narsis mengagumi kehebatanku menggeber motor suzuki smash 2004 yang jarang kucuci ini. Ya, aku meliuk-liuk di sela kemacetan jalan raya porong bagai pencopet ulung yang berlari menerobos keramaian pasar. Aku melesat cepat di luar kota pasuruan yang sejuk, bagai bintang jatuh berkelebat di tengah malam yang dingin menusuk. Tapi kekaguman dan kesenanganku sirna begitu saja ketika aku teringat sebuah hal yang sangat menyita perhatianku belakangan ini: Indeks Prestasi!

Aku langsung bosan dengan liburan ketika aku mengetahui IPku semester ini. Seandainya aku masih kuliah di teknik arsitektur, mungkin aku akan mengadakan syukuran saat memperoleh kabar baik ini. Tapi ini Fakultas Ekonomi, saudara. Anda tidak harus begadang berhari-hari hanya demi menyelamatkan diri dari IP rapido (rapido adalah pena teknik presisi tinggi dengan ukuran mulai 0.1mm, 0.2mm, 0.3mm, hingga 0.9mm. Jarang sekali mahasiswa teknik menggunakan rapido ukuran lebih dari 1mm. Sedangkan IP rapido adalah IP dibawah 1.0). Jika anda mahasiswa teknik, jangan protes jika mendapatkan IP rapido padahal anda sering begadang demi menyelesaikan tugas.

Selama aku menjadi mahasiswa teknik arsitektur, tidak pernah aku mendapat IP lebih dari 3. Rekorku adalah 2,98. sebuah angka yang mengesalkan, tapi tetap harus disyukuri. Aku masih ingat ketika seorang dosen memberikan nilai A+ dengan embel-embel kata "excellent" atas karyaku. Sebuah bidang lengkung yang disusun dari garis-garis tipis, membentuk shape kokoh nan megah. Juga sebuah rancangan rumah vila tropis dengan konstruksi kayu, yang harus kukerjakan selama dua semester demi mempertahankan sebuah idealisme: inovasi. Bentuk konstruksi yang sama sekali baru, rumit, dan elegan. Aku tidak rela ketika mendengar kabar bahwa kedua karyaku itu hilang. Di teknik arsitektur, nilai bagus hanya dapat dicapai dengan kreativitas, kerja keras, dan jam kerja tinggi.

Dan ketika aku pindah ke fakultas ekonomi, jujur saja, aku amat sangat terkejut. Aku seperti rakyat jelata yang terbebas dari kerja rodi. Tidak banyak pekerjaan yang aku lakukan. Sedikit membaca, sedikit membuat makalah, dan beberapa jam per hari di kampus (tidak tiap hari), aku sudah mendapatkan IP 3. Tanpa begadang, tanpa ketiduran di kampus, dan tanpa teriakan-teriakan frustasi di tengah malam. Itulah sebabnya aku sangat heran, mengapa banyak mahasiswa ekonomi yang merasa keberatan dengan kesibukan kuliahnya.

Mengukur kemampuanku, melihat IP yang kudapatkan, dan menatap jalan yang membentang, aku memutuskan untuk berjuang meraih IPK 3,5. Aku sadar, aku orang yang lemah, pernah mendapatkan ranking 53 dari 53 siswa waktu kelas 6 SD, beberapa kali mendapat angka merah dalam rapor SMU, ranking paling bawah di kelas dalam Ujian Akhir Nasional, tidak bisa akuntansi, dan prestasi tertinggiku hanyalah juara 2 kompetisi sitol di sekolah, dengan hadiah bebas SPP selama 3bulan (sitol adalah singkatan dari silang pentol, dalam bahasa inggris permainan ini disebut link 5).

Namun jika mengingat harga yang harus kubayar atas keputusanku untuk pindah jurusan, jika mengingat semua konsekuensi yang harus kuambil, jika mengingat semua yang aku korbankan, jika mengingat impian yang memenuhi rongga dada, jika mengingat bahwa waktu tak bisa kembali sehingga waktu begitu berharga, jika mengingat bahwa keyakinan dapat mengubah segalanya, jika mengingat kebesaran Tuhan, jika mengingat bapak ibuku, aku... seperti mendapatkan dorongan semangat yang luar biasa untuk mengerahkan segala potensi diri, yang aku yakin belum sepenuhnya tergali.

Jalan Soekarno Hatta. Aku melirik kaca spion motorku. Motorku melaju kencang, kendaraan di belakang semakin tertinggal dan mengecil dalam kaca spionku yang juga kecil. Seperti inikah waktu? berjalan cepat dan jika tak sigap aku akan tertinggal dan menjadi orang kecil? Aku memperlambat laju kendaraanku ketika aku sampai di depan sebuah kontrakan sederhana. Ada sebuah pamflet di kontrakan itu, yang bunyinya "SAHID & REKAN, spesialis penerjemahan INGGRIS - INDONESIA. Jl. Kertorahayu 21 Malang." Akupun tertawa dalam hati. Aku turun dari motor, dan aku berdiri. Lama sekali aku memandang rumah sederhana ini. Dengan ukuran kecil dan cat yang mulai mengelupas, yang akan kutinggali sendiri - karena penghuni lain sudah menyelesaikan studinya tahun ini. Bagaimanapun rumah kontrakan sederhana ini adalah sebuah kemewahan bagiku. Di dalamnya banyak fasilitas yang kubutuhkan untuk kesuksesan studi.

Dan sekarang, apa lagi yang dapat kukatakan selain ucapan terimakasih? Terimakasih untuk semua dosen yang memberiku nilai A dan B+, aku sangat terhibur. Untuk dosen yang memberikan nilai B, aku bingung karena ini adalah nilai yang tanggung - menyusahkanku saja. Untuk dosen yang memberikan nilai C+, terimakasih, Anda membakar semangat saya.

Untuk halim, femi, firda, chandra, yanuar helmi, anang, fariz, farid, dan masih banyak lagi, terimakasih untuk tahun pertama yang hebat dan menyenangkan di fakultas ekonomi. Kalian membuatku yakin dan tidak menyesali pilihanku untuk masuk fakultas ekonomi.

Untuk aan, reza yanuar, reza ngos, addin, anis, azhar, andy medunten, dana, pak kaji, harun, okta, eduardo, rudek, irwan, mabon, jabon, dan semua teman-teman manajemen 2005 baik yang kenal maupun yang tidak, yang (mohon maaf) tidak dapat saya tuliskan semua disini, terimakasih atas persahabatan dan bantuan selama ini. Tanpa kalian, aku tidak akan dapat meraih impianku. Dan aku sangat membutuhkan dukungan moril dari teman-teman semuanya.

Ayo teman-teman, bersama-sama kita berjuang meraih IP hebat dan lulus cepat, demi masa depan yang lebih baik. Kalian sudah gede, apa harus ibu yang menyemangati dan menemani kalian belajar? hehe.. Semangat!

2 comments:

OneBillionManager said...

Hati2 kalau kita masuk sebuah komunitas, terkadang kita ikut terlena dengan ritme mereka, jadi males, slow n'bahkan terkadang tekad kita yang sekuat baja, bisa jadi selembek keju, semangat ya, Salam Sukses Dahsyat! btw kalo bisnis gerai teh mu udah mulai aku ksh tw ya, saya mw lebih banyak belajar dari orang luar biasa seperti anda :)thanx bwt comment nya di blog, green tea tu aromanya aja koq

Andy said...

gak nyangka.....
jadi selama ini aku juga berguna buat kamu....

hikshikshiks.....

jangan lupa balas budinya okehhhh


ku tunggu......