Panderman hill. Bukit dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut ini begitu menyenangkan untuk didaki. Di kaki bukit, kita akan disambut kemeriahan bermacam-macam tumbuhan dari berbagai jenis yang beranak-pinak menyebar menutupi bukit Panderman hingga bukit ini akan berwarna hijau jika dilihat dari kejauhan. Seperti jajan nogosari yang dibalut pelepah daun pisang. Setelah melewati kaki bukit, kita akan menyusuri jalan setapak yang diteduhi pohon dan semak-semak yang rimbun, bagai menyusuri labirin berdinding tanaman perdu tinggi yang berada di taman kerajaan-kerajaan Eropa.
Sebelum mencapai puncak, sesekali kita akan mendaki jalan terjal berpasir. Inilah yang menjadi tantangan pendakian bukit ini. Mendaki jalan terjal berpasir ini harus melewati serangkaian uji coba dan di bawah pengawasan ahli. Atau setidaknya kita harus mempunyai jam terbang tinggi. Jika tidak, kita akan terlihat konyol di mata pendaki lain yang hilir mudik melewati jalur ini, karena mereka akan melihat pemandangan paling memalukan sepanjang hidup: ketika kita mendaki jalan berpasir, kita terpeleset. Kita mencoba lagi dan kita terpeleset lagi. Bukannya mendekati puncak, kita malah semakin turun gara-gara pasir yang licin ini. Kita akan terlihat seperti anak ingusan yang mencoba menaiki telusuran di kolam renang, terpeleset dan akhirnya tercebur ke dalam air.
Jika kita berhasil melewati jalan berpasir itu dengan cepat dan tangkas, kita boleh mengagumi diri sendiri, atau setidaknya berbangga hati, terlebih jika ada gadis pendaki yang melihat kita dengan mata berbinar-binar penuh kekaguman. ”Wah, hebat sekali lelaki itu... Aku jadi ingin mengenalnya lebih dekat,” begitu barangkali yang akan di pikirkan si gadis.
1 comment:
wah pengen ikut ke sana uy..
Post a Comment