Prof. Dr. Conny Semiawan mengatakan bahwa seorang seniman akan menghasilkan kreativitas jika mengalami "passion", yakni suasana jiwa yang luar biasa. pengalaman ini lebih dari sekedar “mood” karena disertai dengan emosi yang mendalam sehingga diikuti oleh semangat luar biasa. Bagi penyair, segala suasana jiwa dan emosi yang mendalam itu ditumpahkan dalam puisi. Dengan “passion”, puisi mampu mempengaruhi siapapun yang membacanya.
Lalu aku berpikir, apakah aku sedang mengalami “passion”? Selama ini jarang sekali puisi-puisiku dimuat di http://fordisastra.com. Beberapa kali aku mengirimkan puisi, hanya satu-dua saja yang dimuat di situs itu. Namun belakangan ini, banyak puisi yang aku kirimkan yang ditampilkan. Apakah mungkin karena aku sedang mengalami ”passion” sehingga puisi-puisi yang aku tulis mampu mempengaruhi redaksi fordisastra.com dan dinilai lebih berbobot? Entahlah...
Tidak pernah serajin ini aku menulis puisi. Dalam tiga bulan ini, aku menulis banyak sekali puisi. dan semuanya romantik, tentang gadis yang aku cintai. Hampir semuanya aku tulis malam hari, saat aku tak bisa tidur karena suasana hati yang tak menentu, seperti bahagia, sedih, takut, semuanya menjadi satu. Seperti ada emosi yang ingin aku tumpahkan. Dan akhirnya, kertas dan penalah yang menjadi pelampiasanku. Apakah ini yang dinamakan dengan ”passion”?
Dan lucunya, tiap kali aku membaca puisi-puisi yang aku tulis itu, aku jadi terpengaruh sendiri. Akupun terbawa pada suasana jiwa yang sama. Semakin dalam malah, sehingga akupun menulis puisi lagi. Seperti mikrofon yang didekatkan ke speaker, suara udara yang masuk ke mic akan dikeluarkan dengan volume yang lebih besar melalui speaker, suaranya masuk ke mic lagi dan akan dikeluarkan dengan volume makin besar, masuk ke mic lagi dan suaranya makin besar, demikian seterusnya hingga terdengar suara yang melengking tinggi dan keras sekali. Itulah sebabnya mengapa aku tak mau sering-sering membaca tulisanku sendiri.
Seandainya aku bisa memilih, aku akan memilih tidak mengalami ”passion” itu. Bikin tak bisa tidur saja...
Wednesday, December 20, 2006
uneg-uneg seputar "Passion"
Friday, December 15, 2006
Gadis Manis dengan Kulit Gelap di Ujung Jari-jarinya
Kulihat gadis manis sedang menyendiri di beranda
Berdiri menatap gerimis di depannya
Entah dimana pandangannya berlabuh
Seperti melewati butir-butir air yang jatuh
Tiba-tiba saja aku sudah di sampingnya
Gadis manis tersenyum dan julurkan tangannya
Meraih rintik hujan yang terhalang atap beranda
Basahi kulit gelap di ujung jari-jarinya
Aku ingin keluar, ujarmu
Bermain-main dengan rintik hujan itu
Biar luruh seluruh penat dan lelah
Biar hilang sepasang resah dan gelisah
Malang, 15 Desember 2006
Terjebak hujan di Perpustakaan Pusat Unibraw bersama Fifi Martini.
Berdiri menatap gerimis di depannya
Entah dimana pandangannya berlabuh
Seperti melewati butir-butir air yang jatuh
Tiba-tiba saja aku sudah di sampingnya
Gadis manis tersenyum dan julurkan tangannya
Meraih rintik hujan yang terhalang atap beranda
Basahi kulit gelap di ujung jari-jarinya
Aku ingin keluar, ujarmu
Bermain-main dengan rintik hujan itu
Biar luruh seluruh penat dan lelah
Biar hilang sepasang resah dan gelisah
Malang, 15 Desember 2006
Terjebak hujan di Perpustakaan Pusat Unibraw bersama Fifi Martini.
Tuesday, December 12, 2006
Cintaku Berlebih
1.
Jingga menyala-nyala adalah apiku
menari-nari di dalam otakku
karena logika dikalah rindu
terlalu memikirkanmu!
2.
Hitam kelam adalah air mataku
berlomba-lomba jatuh ke bumi
karena hati telah lepas kendali
terlalu sayang padamu!
:karena cinta harus secukupnya
Malang, 12 Desember 2006
Jingga menyala-nyala adalah apiku
menari-nari di dalam otakku
karena logika dikalah rindu
terlalu memikirkanmu!
2.
Hitam kelam adalah air mataku
berlomba-lomba jatuh ke bumi
karena hati telah lepas kendali
terlalu sayang padamu!
:karena cinta harus secukupnya
Malang, 12 Desember 2006
Saturday, December 09, 2006
Meski Ingin Terus Bersama
Mau berlama-lama tapi tak bisa
hanya sekejap namun tak apa
Meski ingin terus bersama...
karena manis senyummu adalah rintik gerimis yang basahi gersangnya perjalanan hidup
karena lembut suaramu mengetuk pintu sayangku dan tak bisa kututup
Malang, 8 Desember 2006
hanya sekejap namun tak apa
Meski ingin terus bersama...
karena manis senyummu adalah rintik gerimis yang basahi gersangnya perjalanan hidup
karena lembut suaramu mengetuk pintu sayangku dan tak bisa kututup
Malang, 8 Desember 2006
Kau Mau Aku Bagaimana
banyak lelaki menghampirimu
berikan janji; merayu-rayu
hingga kau teramat bosan
memilih sendiri; hanya berteman
bagaimana aku bisa dekatimu
meraih sepotong cintamu
jika kau menutup diri dari semua lelaki
kau ingin pendamping seperti apa
kau mau aku bagaimana
"jadilah dirimu apa adanya"
Malang, 8 Desember 2006
berikan janji; merayu-rayu
hingga kau teramat bosan
memilih sendiri; hanya berteman
bagaimana aku bisa dekatimu
meraih sepotong cintamu
jika kau menutup diri dari semua lelaki
kau ingin pendamping seperti apa
kau mau aku bagaimana
"jadilah dirimu apa adanya"
Malang, 8 Desember 2006
Thursday, December 07, 2006
Kuingin Marahimu
Kuingin marahimu
Teriak tepat di wajahmu
Hingga kau bergidik lalu tersedu
Menangis, mengemis-ngemis
"Mas, jangan marahi aku..."
Kuingin teriakimu
Kasihanilah aku, kasihanilah aku...
Sungguh aku sangat rindu
Apa kau tak bisa berpaling sejenak
Aku tak bisa tidur nyenyak!
Malang, 6 Desember 2006, pukul 11 malam.
Teriak tepat di wajahmu
Hingga kau bergidik lalu tersedu
Menangis, mengemis-ngemis
"Mas, jangan marahi aku..."
Kuingin teriakimu
Kasihanilah aku, kasihanilah aku...
Sungguh aku sangat rindu
Apa kau tak bisa berpaling sejenak
Aku tak bisa tidur nyenyak!
Malang, 6 Desember 2006, pukul 11 malam.
Thursday, November 30, 2006
Pigura Kosong
: Fifi Martini (Manis)
Aku ingin punya fotomu
Buat apa, katamu
Katakan, bagaimana aku bisa bertahan tanpa melihatmu
Aku memikirkanmu seharian
Apa kau sudah makan
Kau takut kelebihan berat badan
Padahal mungkin kau kelaparan
Katakan, bagaimana aku bisa bertahan tanpa melihatmu
Aku memikirkanmu semalaman
Apa kau kesepian
Kangen ayah bunda di Pasuruan
Ingin pulang melepas kerinduan
Katakan, bagaimana aku bisa bertahan tanpa melihatmu
Senyummu adalah candu
Penyejuk hati di siang hari
Obat tidur di malam hari
Ya, senyummu adalah candu
Ingin kubingkai senyum itu
Dalam pigura kosong di kamarku
Tuk menahan rasa ingin bertemu
Karena ingin selalu melihat senyummu, senyummu!
Malang, 30 Nopember 2006, pukul 5 pagi.
Aku ingin punya fotomu
Buat apa, katamu
Katakan, bagaimana aku bisa bertahan tanpa melihatmu
Aku memikirkanmu seharian
Apa kau sudah makan
Kau takut kelebihan berat badan
Padahal mungkin kau kelaparan
Katakan, bagaimana aku bisa bertahan tanpa melihatmu
Aku memikirkanmu semalaman
Apa kau kesepian
Kangen ayah bunda di Pasuruan
Ingin pulang melepas kerinduan
Katakan, bagaimana aku bisa bertahan tanpa melihatmu
Senyummu adalah candu
Penyejuk hati di siang hari
Obat tidur di malam hari
Ya, senyummu adalah candu
Ingin kubingkai senyum itu
Dalam pigura kosong di kamarku
Tuk menahan rasa ingin bertemu
Karena ingin selalu melihat senyummu, senyummu!
Malang, 30 Nopember 2006, pukul 5 pagi.
Saturday, November 25, 2006
Rinduku Memuncak
Sajak: Sahid K Wijaya
Awan gelap tak mau pergi
Seperti rinduku malam ini
Dan hujan enggan berhenti
Seolah mengamini
Ingin kuusir rindu yang memuncak
Dadaku sesak; terisak
Malang, 25 Nopember 2006
Awan gelap tak mau pergi
Seperti rinduku malam ini
Dan hujan enggan berhenti
Seolah mengamini
Ingin kuusir rindu yang memuncak
Dadaku sesak; terisak
Malang, 25 Nopember 2006
Ingin Keluar
Sajak: Sahid K Wijaya
Bosan di kamar
Ingin keluar
Tapi cuaca sungguh kurang ajar
Rintik hujan cepatlah berlalu
Mengganggu
Malang, 25 Nopember 2006
Bosan di kamar
Ingin keluar
Tapi cuaca sungguh kurang ajar
Rintik hujan cepatlah berlalu
Mengganggu
Malang, 25 Nopember 2006
Kakakku Dapat Beasiswa S2
Sajak: Sahid K Wijaya
Hari ini kakakku gembira
Dapat beasiswa S2
Ingin jadi dosen katanya
Senyumnya tak pernah secerah ini
Lebar sekali
Malang, 25 Nopember 2006
Hari ini kakakku gembira
Dapat beasiswa S2
Ingin jadi dosen katanya
Senyumnya tak pernah secerah ini
Lebar sekali
Malang, 25 Nopember 2006
Friday, November 24, 2006
Bahagiakah Engkau Sore Ini?
Bahagiakah engkau sore ini?
Ditemani seorang lelaki di sebelahmu
Tergambar jelas dari senyummu
Bahagiakah engkau sore ini?
Detak jantungku berpacu
Aku sedih saat melihatmu
Bahagiakah engkau sore ini?
Aku tak sanggup berlama-lama di tempat itu
Menghibur diri dan cepat berlalu
Bahagiakah engkau sore ini?
Aku tak bisa berikan apa-apa untukmu
Hanya berusaha tersenyum lebih manis padamu
Ditemani seorang lelaki di sebelahmu
Tergambar jelas dari senyummu
Bahagiakah engkau sore ini?
Detak jantungku berpacu
Aku sedih saat melihatmu
Bahagiakah engkau sore ini?
Aku tak sanggup berlama-lama di tempat itu
Menghibur diri dan cepat berlalu
Bahagiakah engkau sore ini?
Aku tak bisa berikan apa-apa untukmu
Hanya berusaha tersenyum lebih manis padamu
Monday, November 20, 2006
Ingin memandang senyum manismu
Lima hari tak bertemu
Menghibur diri tepikan rindu
Tak bisa
Tetap ingin memandang senyum manismu
Menghibur diri tepikan rindu
Tak bisa
Tetap ingin memandang senyum manismu
Thursday, November 16, 2006
Cerpen: Sedang Patah Hati
" Assalamualaikum. Mas, bukannya aku gak sayang ama Mas,ku cuma takut aja untuk pacaran. Mas tau sendiri kan gimana kalo udah pacaran itu.. gak bebas, dan takut ganggu konsentrasi. So... maaf Mas aku gak bisa jadi pacar Mas. Tapi aku sayang Mas..."
Entah sudah keberapa kalinya aku membaca tulisan itu. Kata-kata yang kau tuliskan di atas kertas puisiku. Kertas yang kuberikan kepadamu karena sudah beberapa menit kau terdiam tak sanggup ungkapkan isi hatimu setelah kunyatakan cintaku.
Masih kuingat senyum manismu saat kau kujemput malam itu. Diiringi sejuknya malam sehabis hujan, kita melangkah menuju cafe dekat rumah. Berdua kita melepas penat setelah seharian bergumul dengan lelah. Masih segar dalam ingatanku, ceriamu saat kita sedang bercengkerama di salah satu meja. Bahagiamu membuat bibirku tersenyum dengan tulus, hangatkan hatiku yang sedang beku karena lama terbungkus dalam sepi, sendiri.
Pukul tujuh malam, saat yang kutunggu telah datang. Hati yang telah kusiapkan aku ungkapkan di hadapanmu. Aku bacakan puisi cintaku, gejolak dalam dada yang tak mampu kuredam. Dengan suara parau karena hanyut tenggelam dalam isi puisi, isi hatiku.
Puisiku telah kau dengar. Isi hatiku telah terbongkar. Kutatap tajam matamu yang sedari tadi tertunduk malu, tak berani beradu pandang denganku. Kutanyakan isi hatimu. Kupinta kesediaanmu untuk menemani hari-hariku, melangkah bersama-sama dalam ikatan hati.
Kau terdiam. Ceriamu pergi entah apa yang mengusirnya. Candamu berlalu, tersenyumpun kau tak mampu. Dalam ragu dirimu tenggelam. Hanya resah dan gelisah sangat yang nampak dari sikapmu. Seperti kertas tisue yang lusuh karena kauremas-remas.
Lima menit berlalu. Tanpa kata-kata terlontar dariku maupun dirimu. Aku sungguh tak sabar, ingin rasanya menyelami hatimu dan menemukan jawabanmu. Namun hatimu tak tertembus, serapat kau berhijab. Hanya bisa menunggu kata-kata keluar dari bibirmu.
"Aku... nggak bisa ngomong," ujarmu memelas sambil terbata-bata. Matamu sayu dan berkaca-kaca. Oh gadis, aku sungguh iba. Kuberikan kertas puisiku dan kuminta kau tuliskan isi hatimu di samping untaian kata-kataku. Kaupun mulai tenang dan menuliskan isi hatimu. Tak lama kemudian kertas itu kauserahkan kepadaku.
Kubaca tulisanmu. Dan akupun tertunduk lesu. Penuh tanya dan ragu. Seperti malam ini. Aku terdiam merenungi jalan hidupku.
Entah sudah keberapa kalinya aku membaca tulisan itu. Kata-kata yang kau tuliskan di atas kertas puisiku. Kertas yang kuberikan kepadamu karena sudah beberapa menit kau terdiam tak sanggup ungkapkan isi hatimu setelah kunyatakan cintaku.
Masih kuingat senyum manismu saat kau kujemput malam itu. Diiringi sejuknya malam sehabis hujan, kita melangkah menuju cafe dekat rumah. Berdua kita melepas penat setelah seharian bergumul dengan lelah. Masih segar dalam ingatanku, ceriamu saat kita sedang bercengkerama di salah satu meja. Bahagiamu membuat bibirku tersenyum dengan tulus, hangatkan hatiku yang sedang beku karena lama terbungkus dalam sepi, sendiri.
Pukul tujuh malam, saat yang kutunggu telah datang. Hati yang telah kusiapkan aku ungkapkan di hadapanmu. Aku bacakan puisi cintaku, gejolak dalam dada yang tak mampu kuredam. Dengan suara parau karena hanyut tenggelam dalam isi puisi, isi hatiku.
Puisiku telah kau dengar. Isi hatiku telah terbongkar. Kutatap tajam matamu yang sedari tadi tertunduk malu, tak berani beradu pandang denganku. Kutanyakan isi hatimu. Kupinta kesediaanmu untuk menemani hari-hariku, melangkah bersama-sama dalam ikatan hati.
Kau terdiam. Ceriamu pergi entah apa yang mengusirnya. Candamu berlalu, tersenyumpun kau tak mampu. Dalam ragu dirimu tenggelam. Hanya resah dan gelisah sangat yang nampak dari sikapmu. Seperti kertas tisue yang lusuh karena kauremas-remas.
Lima menit berlalu. Tanpa kata-kata terlontar dariku maupun dirimu. Aku sungguh tak sabar, ingin rasanya menyelami hatimu dan menemukan jawabanmu. Namun hatimu tak tertembus, serapat kau berhijab. Hanya bisa menunggu kata-kata keluar dari bibirmu.
"Aku... nggak bisa ngomong," ujarmu memelas sambil terbata-bata. Matamu sayu dan berkaca-kaca. Oh gadis, aku sungguh iba. Kuberikan kertas puisiku dan kuminta kau tuliskan isi hatimu di samping untaian kata-kataku. Kaupun mulai tenang dan menuliskan isi hatimu. Tak lama kemudian kertas itu kauserahkan kepadaku.
Kubaca tulisanmu. Dan akupun tertunduk lesu. Penuh tanya dan ragu. Seperti malam ini. Aku terdiam merenungi jalan hidupku.
Wednesday, November 15, 2006
Ingin sendiri aku masih
Tak kurobek puisi cintamu;
Sama saja kurobek hatimu
Mas,
Maafkan aku
Ingin lepas terbang bebas
Ingin sendiri aku masih
ikatan enggan kuraih
Mas,
isi hatiku kau harus tahu
Ku juga sayang ku juga rindu
* surat dari Manis, penolakan yang lembut dan menjaga hati
Sama saja kurobek hatimu
Mas,
Maafkan aku
Ingin lepas terbang bebas
Ingin sendiri aku masih
ikatan enggan kuraih
Mas,
isi hatiku kau harus tahu
Ku juga sayang ku juga rindu
* surat dari Manis, penolakan yang lembut dan menjaga hati
Terpesona
Balutan busana pancarkan pesona
Membungkus senyummu dan bahagia
"Kau manis sekali,"
Ujarku berbunga
* menjemput Manis di kosnya
Membungkus senyummu dan bahagia
"Kau manis sekali,"
Ujarku berbunga
* menjemput Manis di kosnya
Sajak penyair amatir
Akulah penyair amatir
Suka bersajak suka bersyair
Tentang ego, cinta dan fiksi
Juga kehidupan sehari-hari
Ah
Pikirkan diksi puisiku tak jadi
Sajakku mengalir dari hati
Biar kunikmati sendiri
Suka bersajak suka bersyair
Tentang ego, cinta dan fiksi
Juga kehidupan sehari-hari
Ah
Pikirkan diksi puisiku tak jadi
Sajakku mengalir dari hati
Biar kunikmati sendiri
Monday, November 13, 2006
Kubawakan satu untuk ibu
"Ibu mau menantu?
Seperti apa?"
Ku tersipu; penuh tanya
"Rupa, keluarga, harta
Dan lebih penting agama,"
Ibu berpesan kepadaku
Tunggulah sejenak ibu
Kan kubawakan satu untukmu
* balasan sms dari ibu
Seperti apa?"
Ku tersipu; penuh tanya
"Rupa, keluarga, harta
Dan lebih penting agama,"
Ibu berpesan kepadaku
Tunggulah sejenak ibu
Kan kubawakan satu untukmu
* balasan sms dari ibu
Friday, November 10, 2006
Apa kabarmu?
Hari berganti hari
Minggu berganti minggu
Tak ada berita darimu
Apa kabarmu?
Tuhan berikanku rindu
Membuatku tetap disini
Menunggu...
Minggu berganti minggu
Tak ada berita darimu
Apa kabarmu?
Tuhan berikanku rindu
Membuatku tetap disini
Menunggu...
Tuesday, October 31, 2006
Lama kutunggu dengan gundah
"Ragaku sedang lelah
Dan akupun terbaring lemah,"
Ucapmu dengan terengah
Apa kau tak tahu, tidakkah?
Lama kutunggu dengan gundah
Beritamu di kota sebelah
Wahai masalah cepat pergilah
Wahai penyakit lekaslah enyah
Gadis harus bangun dan tergugah
Agar jalannya terajut indah
Ketahuilah gadis
Hatiku gersang rindukan gerimis
Laguku sendu mengundang tangis
Lekaslah kemari, manis!
Terbang anganku ingin bertemu
Berontak jiwaku lantang berseru
Menderu hingga terdobrak belenggu
Berat hatiku menanggung rindu
Padamu.
Dan akupun terbaring lemah,"
Ucapmu dengan terengah
Apa kau tak tahu, tidakkah?
Lama kutunggu dengan gundah
Beritamu di kota sebelah
Wahai masalah cepat pergilah
Wahai penyakit lekaslah enyah
Gadis harus bangun dan tergugah
Agar jalannya terajut indah
Ketahuilah gadis
Hatiku gersang rindukan gerimis
Laguku sendu mengundang tangis
Lekaslah kemari, manis!
Terbang anganku ingin bertemu
Berontak jiwaku lantang berseru
Menderu hingga terdobrak belenggu
Berat hatiku menanggung rindu
Padamu.
Monday, October 30, 2006
Asa
Asa ini ada
Namun galau dan cemburu terus membayangi rasa itu
Aku gundah aku resah
Mengapa..
Namun galau dan cemburu terus membayangi rasa itu
Aku gundah aku resah
Mengapa..
Paman pun menangis
Rumah paman kelam dan sunyi
Ceria suasana berganti duka
Apakah bahagia masih menghampiri
Sempit nadinya membawa bencana
Ramadhan lalu ia masih duduk dan bicara
Walau terbata-bata
Ramadhan ini ia terbaring tak berdaya
Tak mampu berkata-kata
Paman pun menangis tanpa tetes air mata
Membuat miris semua sanak saudara
Jalan hidupnya tak berjalan mulus
Tubuhnya makin kurus tenaganya tergerus
Keperkasaannya hilang tak berbekas
Mengubur impian dan jalan yang diretas.
Ceria suasana berganti duka
Apakah bahagia masih menghampiri
Sempit nadinya membawa bencana
Ramadhan lalu ia masih duduk dan bicara
Walau terbata-bata
Ramadhan ini ia terbaring tak berdaya
Tak mampu berkata-kata
Paman pun menangis tanpa tetes air mata
Membuat miris semua sanak saudara
Jalan hidupnya tak berjalan mulus
Tubuhnya makin kurus tenaganya tergerus
Keperkasaannya hilang tak berbekas
Mengubur impian dan jalan yang diretas.
Simpan saja dulu cintamu
Gadis kecil sedang menari di beranda
Gerakmu lincah dendangkan nada ceria
Tawamu renyah hampiri setiap telinga
Tingkahmu lucu mengundang tawa
Parasmu ayu begitu menggoda
Senyummu lebar membuat hatiku bergetar
Sungguh menarik perhatian semua orang
Dan akupun terpana saat kau pandang
Gadis kecil menghampiriku bergegas
Sambil tersipu membawa kabar
Kau tunjukkan secarik kertas
Goresan tinta membentuk gambar
Ada sebuah hati di kertas itu
Di atasnya tercantum nama indahmu
Dan di bawahnya kau tuliskan namaku!
Oh, gadis kecil nan manja
Kau masih sangat muda
Dosa-dosamu pun masih ditanggung orang tua
Simpan saja dulu cintamu
Jalanmu masih panjang
Ketika esok tiba waktumu
Arjuna pun akan datang.
Gerakmu lincah dendangkan nada ceria
Tawamu renyah hampiri setiap telinga
Tingkahmu lucu mengundang tawa
Parasmu ayu begitu menggoda
Senyummu lebar membuat hatiku bergetar
Sungguh menarik perhatian semua orang
Dan akupun terpana saat kau pandang
Gadis kecil menghampiriku bergegas
Sambil tersipu membawa kabar
Kau tunjukkan secarik kertas
Goresan tinta membentuk gambar
Ada sebuah hati di kertas itu
Di atasnya tercantum nama indahmu
Dan di bawahnya kau tuliskan namaku!
Oh, gadis kecil nan manja
Kau masih sangat muda
Dosa-dosamu pun masih ditanggung orang tua
Simpan saja dulu cintamu
Jalanmu masih panjang
Ketika esok tiba waktumu
Arjuna pun akan datang.
Friday, October 20, 2006
Selamat jalan... Bidadari.
Malam ini ku berdiri di tempat yang sama dengan beberapa tahun yang lalu.
Rasa-rasanya baru kemarin ku datang ke tempat ini
Dengan membawa sejumlah harapan...
Dan engkau hanya bisa tertawa.
Biadadari yang sempat berikanku asa
Bidadari yang sempat berikanku luka
Berikanku keberanian dan kenyataan.
Di tempat ini dulu ku mengubur harapan
Dan sekarang, ku teringat bahwa...
Ku pernah punya rasa dan keberanian tuk berkata.
Malam ini, di tempat ini,
Ku mengenangmu.
Yang meninggalkanku
Yang meninggalkan kami
Dan meninggalkan dunia ini
Tuk selamanya.
Selamat jalan Bidadari...
Rasa-rasanya baru kemarin ku datang ke tempat ini
Dengan membawa sejumlah harapan...
Dan engkau hanya bisa tertawa.
Biadadari yang sempat berikanku asa
Bidadari yang sempat berikanku luka
Berikanku keberanian dan kenyataan.
Di tempat ini dulu ku mengubur harapan
Dan sekarang, ku teringat bahwa...
Ku pernah punya rasa dan keberanian tuk berkata.
Malam ini, di tempat ini,
Ku mengenangmu.
Yang meninggalkanku
Yang meninggalkan kami
Dan meninggalkan dunia ini
Tuk selamanya.
Selamat jalan Bidadari...
Subscribe to:
Posts (Atom)